
PENDAHULUAN
Bank Indonesia (BI) baru-baru ini mengumumkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang optimistis, yakni mencapai 5,6% pada tahun 2025. Angka ini menunjukkan harapan besar terhadap pemulihan ekonomi nasional setelah menghadapi tantangan global, termasuk pandemi COVID-19 dan ketidakstabilan geopolitik. Proyeksi ini mencerminkan keyakinan BI terhadap upaya pemerintah dalam memperkuat fundamental ekonomi melalui kebijakan fiskal, moneter, serta dukungan terhadap sektor-sektor strategis.
Di tengah persaingan ekonomi global yang semakin dinamis, pencapaian target ini tidak akan lepas dari peran berbagai sektor seperti industri manufaktur, digitalisasi, dan UMKM, yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional. Namun, optimisme ini juga diiringi dengan berbagai tantangan yang harus diatasi, seperti ketidakpastian pasar global, inflasi, dan perlambatan ekonomi di negara mitra dagang.
Artikel ini akan mengulas faktor-faktor yang mendasari prediksi BI, sektor-sektor pendorong utama, serta strategi yang perlu diterapkan untuk mewujudkan target pertumbuhan ekonomi tersebut. Selain itu, akan dibahas juga tantangan yang harus diantisipasi agar Indonesia mampu menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
ISI
Prediksi Bank Indonesia
Ekonomi Indonesia diprediksi tumbuh hingga 5,5% pada 2024 dan meningkat menjadi 5,6% pada 2025. Hal ini disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (18/12/2024). Perry menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi 2024 diperkirakan berada dalam kisaran 4,7–5,5% dan akan meningkat ke 4,8–5,6% pada 2025, didukung konsumsi rumah tangga yang stabil serta dampak positif dari Pilkada serentak.
Permintaan domestik dan investasi juga menjadi motor penggerak utama, terutama dengan penyelesaian Proyek Strategis Nasional (PSN) dan insentif pemerintah untuk investasi swasta. Namun, upaya berkelanjutan diperlukan untuk menjaga momentum di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat konflik geopolitik dan kebijakan proteksionisme.
Bank Indonesia memperkuat bauran kebijakan, termasuk sinergi dengan kebijakan fiskal, optimalisasi kebijakan makroprudensial, dan percepatan digitalisasi pembayaran. Di sisi penawaran, pemerintah terus mendorong reformasi struktural untuk mendukung sektor-sektor yang menyerap tenaga kerja, termasuk melalui alokasi anggaran APBN sebesar Rp37,43 triliun untuk mendukung suksesnya Pilkada serentak 2024.
Sektor Pendorong Pertumbuhan
Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Indef, M Rizal Taufikurahman, menyebut pertumbuhan ekonomi 2025 menghadapi berbagai tantangan global dan domestik. Meski begitu, sejumlah sektor diperkirakan menjadi penggerak utama, termasuk digitalisasi dan teknologi informasi melalui e-commerce serta transisi energi ramah lingkungan seperti tenaga surya dan bioenergi.
Sektor manufaktur ekspor, khususnya elektronik, otomotif, dan tekstil, tetap menjadi andalan, sementara agribisnis dan pertanian terus berkontribusi melalui komoditas unggulan seperti kelapa sawit dan kopi. Pariwisata yang pulih pasca-pandemi juga diharapkan mendorong ekonomi kreatif, termasuk fesyen, musik, dan film.
Pembangunan infrastruktur seperti jalan tol dan kawasan industri, serta perkembangan fintech yang mendukung akses keuangan UMKM, menjadi sektor strategis lainnya. Dengan kebijakan pemerintah yang fokus pada investasi dan hilirisasi, sektor-sektor ini diproyeksikan menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025.
Tantangan Eksternal
Meningkatnya tensi geopolitik diperkirakan akan menantang perekonomian global, dengan IMF memprediksi stagnasi pertumbuhan ekonomi dunia di 3,2% pada 2025, disertai inflasi tinggi sebesar 4,5%. Di tengah situasi ini, dokumen KEM PPKF 2025 memproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5,1–5,5% dengan inflasi 1,5–3,5%, nilai tukar Rupiah di kisaran Rp15.300–Rp16.000 per USD, dan yield SBN 10 Tahun sekitar 6,9–7,3%.
Rahadian menjelaskan bahwa ketidakpastian ekonomi akan mewarnai pembahasan RAPBN 2025 antara pemerintah dan DPR, dengan fokus pada kebijakan fiskal yang mendukung transformasi ekonomi, stabilisasi, dan distribusi yang berkelanjutan. Kebijakan fiskal diarahkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi melalui penguatan SDM, infrastruktur, dan reformasi regulasi.
Di bidang pendidikan, pemerintah fokus pada peningkatan gizi anak sekolah, penguatan mutu pendidikan, pengembangan vokasional, dan akses pendidikan tinggi. Di bidang kesehatan, prioritas diberikan pada efektivitas program JKN, penurunan stunting, pengendalian penyakit menular, dan peningkatan fasilitas kesehatan. Dalam perlindungan sosial, pemerintah mempercepat pengentasan kemiskinan melalui perlinsos sepanjang hayat, dukungan perumahan, dan pemberdayaan petani serta nelayan.
Pembangunan infrastruktur juga terus didorong, mencakup konektivitas, energi, pangan, dan digitalisasi, untuk meningkatkan daya saing, efisiensi logistik, dan produktivitas nasional.
Tantangan dan Peluang UMKM
Pada 2025, UMKM di Indonesia diproyeksikan menghadapi tantangan yang semakin kompleks, terutama dari penurunan daya beli kelas menengah dan meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL). Kebijakan seperti Undang-Undang P2SK, insentif fiskal, dan dukungan keuangan syariah, termasuk BPR dan KSP Syariah, diharapkan dapat menjadi solusi strategis untuk menjaga keberlanjutan sektor ini. Insentif pajak juga berperan penting dalam meringankan beban UMKM sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Penurunan daya beli kelas menengah, yang selama ini menjadi penggerak utama konsumsi domestik, disebabkan oleh inflasi, stagnasi pendapatan, dan meningkatnya biaya hidup. Tren ini tidak hanya mengurangi kemampuan belanja kelas menengah tetapi juga berdampak langsung pada berkurangnya permintaan terhadap produk dan jasa yang dihasilkan UMKM. Dengan sekitar 60% konsumsi domestik berasal dari kelas menengah, penurunan daya beli mereka dapat berimplikasi signifikan terhadap keberlanjutan dan pertumbuhan pendapatan UMKM di masa mendatang. Oleh karena itu, diperlukan langkah strategis untuk memitigasi dampak ini dan memastikan daya saing UMKM tetap terjaga.
KESIMPULAN
Proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,6% pada 2025 mencerminkan optimisme terhadap pemulihan dan stabilitas ekonomi nasional. Bank Indonesia dan pemerintah memandang bahwa konsumsi domestik, investasi, dan berbagai sektor strategis seperti digitalisasi, energi terbarukan, manufaktur, serta pariwisata akan menjadi pendorong utama pertumbuhan. Kebijakan fiskal dan moneter yang terkoordinasi, termasuk insentif untuk UMKM dan percepatan pembangunan infrastruktur, juga akan berperan penting dalam mendorong akselerasi transformasi ekonomi.
Namun, tantangan global seperti ketidakpastian ekonomi dunia, konflik geopolitik, inflasi tinggi, serta tantangan domestik seperti penurunan daya beli masyarakat dan ketimpangan sosial tetap menjadi perhatian utama. Pemerintah perlu memastikan kebijakan yang inklusif dan berkelanjutan, dengan fokus pada penguatan sumber daya manusia, reformasi regulasi, dan inovasi sektor keuangan.
Dengan sinergi yang kuat antara semua pihak, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang tidak hanya stabil tetapi juga inklusif, sehingga memberikan manfaat nyata bagi masyarakat luas.
SUMBER